Budi menyeret langkah kakinya yang pegal-pegal ke apotek. Suaranya serak seperti kodok kejepit dan hidungnya merah seperti hidung Rudolph si rusa.
"Mbak," rengek Budi, "saya kayaknya kena serangan alien. Badan saya sakit semua, kepala pusing, dan batuk saya gak berhenti. Tolong kasih obat paling ampuh ya!"
Apoteker Rara, yang terkenal ceria, menahan tawa melihat tampang mengenaskan Budi. "Wah, parah juga. Tapi tenang Pak, saya punya obat yang manjur. Dijamin alien langsung kabur!"
Budi melotot. "Alien? Mbak ngawur ya? Ini sakit flu biasa!"
Rara terkikik. "Hahaha, maaf Pak. Cuma becanda. Ini obat flu dan batuknya ya. Minum sesuai aturan dan istirahat yang cukup. Dijamin alien gak berani ganggu Bapak lagi!"
Budi cemberut menerima obat sambil bergumam, "Alien apaan."
Beberapa malam kemudian, Rara terbangun karena mimpi buruk. Dia bermimpi dikejar makhluk hijau berlendir yang terus berkata, "Kembalikan tenggorokanku!"
Pagi harinya, Rara lemas melihat Budi kembali ke apotek. "Mbak," kata Budi dengan suara parau, "obat aliennya kok gak mempan ya? Aliennya malah makin galak semalam. Sampai ngancem mau rebut tenggorokan saya!"
Rara melotot ngeri. "A-alien? Maksud Bapak... batuknya masih parah?"
Budi mengangguk. "Iya, Mbak. Sampai mimpi dikejar alien hijau berlendir."
Rara terkesiap. Mimpi buruknya semalam... jangan-jangan...?
Menahan tawa (dan sedikit ketakutan), Rara berkata, "Mungkin aliennya gak suka obatnya, Pak. Coba ini deh, obat batuk rasa stroberi. Dijamin aliennya langsung klepek-klepek!"
Budi menatap Rara curiga. "Mbak serius nih? Gak ada alien-alienan lagi kan?"
Rara tersenyum. "Serius Pak. Kalo masih mimpi alien, lapor saya lagi ya. Kita usir bareng-bareng!"
Budi, walaupun masih bingung, tetap menerima obat baru dan pergi. Rara menggelengkan kepalanya sambil bergumam, "Ini efek kurang tidur apa efek ngawur ya?"
Komentar
Posting Komentar