Di balik gedung-gedung menjulang dan hiruk pikuk perkuliahan, terdapat sosok-sosok yang seringkali luput dari perhatian yaitu tenaga kependidikan (Tendik). Mereka adalah pahlawan tanpa nama yang bekerja di balik layar, memastikan roda pendidikan tinggi terus berputar. Setiap hari, mereka berhadapan dengan beragam karakter mahasiswa, dari yang tekun mencatat setiap kata dosen hingga yang lebih suka menggulirkan layar ponsel saat kuliah online. Ada yang datang dengan segudang pertanyaan, ada pula yang enggan beranjak dari kursi saat jam kuliah sudah berakhir. Dosen pun tak kalah beragam. Ada yang menjadi inspirasi bagi mahasiswanya, ada pula yang lebih fokus pada penelitian daripada mengajar. Bayangkanlah, seorang tendik senior di sebuah universitas negeri. Ia sudah mengenal setiap sudut kampus seperti telapak tangannya. Namun, belakangan ini, kesabarannya mulai teruji. Setiap hari, ia harus menghadapi berbagai macam drama. Ada mahasiswa yang datang terburu-buru meminta surat keterangan aktif kuliah karena lupa mengurusnya dari jauh-jauh hari. Ada pula yang datang dengan wajah memelas, mengaku lupa membayar UKT padahal sudah beberapa kali diingatkan. “Masak sih ada mahasiswa yang bisa lupa bayar UKT sampai semester tiga?” gumamnya dalam hati. Belum selesai dengan masalah mahasiswa, ia juga harus berhadapan dengan berbagai permintaan dari dosen. Ada dosen yang sangat detail, meminta data-data yang sebenarnya sudah pernah diberikan. “Bu, SK Mengajar dan SK yang lain bisa dicetak lagi enggak? Saya lupa menyimpannya,” pinta seorang dosen. Ia pun harus mencari data tersebut di dalam tumpukan berkas maupun membedah setiap arsip digital yang berada dihadapanya. Ada pula dosen yang super sibuk dengan penelitian, sehingga seringkali lupa dengan tugas mengajar. “Bu, dosen Pak Andi belum masuk kelas dari tadi,” laporan seorang mahasiswa. Ia pun harus menghubungi Pak Andi untuk mengingatkannya. “Oh ya, saya lupa. Terima kasih sudah mengingatkan,” jawab dosen tersebut dengan santai. Belum lagi, ia juga harus menghadapi berbagai masalah teknis. Sistem informasi akademik seringkali error, printer seringkali macet, dan jaringan internet seringkali lemot. Setiap kali ada masalah, mahasiswa selalu datang mengadu. “Bu, sistemnya error, saya tidak bisa daftar mata kuliah,” keluh seorang mahasiswa. Ia pun harus berusaha sekuat tenaga untuk mengatasi masalah tersebut. Di tengah segala kesibukannya, ia tetap berusaha memberikan pelayanan terbaik bagi mahasiswa dan dosen. Ia selalu sabar menghadapi setiap pertanyaan dan keluhan. Baginya, kepuasan terbesar adalah ketika melihat mahasiswa berhasil meraih cita-citanya.
Sebagai seorang pengelola layanan akademik, tugasnya jauh lebih kompleks dari sekadar mengurus administrasi. Ia harus memastikan tahapan rekrutmen mahasiswa baru berjalan lancar, mulai dari tahap pendaftaran hingga mahasiswa tersebut dinyatakan lulus. Ini melibatkan koordinasi dengan berbagai pihak, mulai dari Akademik Pusat hingga bagian keuangan. Selain itu, ia juga bertanggung jawab atas kelancaran proses pengajaran. Mulai dari penyusunan jadwal perkuliahan, pengadaan ruang kelas, hingga pengawasan pelaksanaan ujian. Ia harus memastikan bahwa setiap dosen memiliki beban mengajar yang seimbang dan mahasiswa mendapatkan kesempatan belajar yang optimal. Tidak hanya itu, ia juga harus memastikan bahwa program studi yang ia kelola memenuhi standar akreditasi nasional maupun internasional. Ini berarti ia harus terus melakukan pemutakhiran kurikulum, meningkatkan kualitas pembelajaran, dan melakukan berbagai evaluasi. Selain tugas-tugas administratif, seorang pengelola layanan akademik juga harus memiliki kemampuan interpersonal yang baik. Ia harus bisa berkomunikasi dengan baik dengan berbagai pihak, mulai dari mahasiswa, dosen, hingga pimpinan universitas. Ia juga harus mampu menyelesaikan konflik dan mengambil keputusan yang tepat dalam situasi yang sulit. Di tengah kesibukannya, ia juga harus memikirkan cara untuk mengembangkan program studi yang ia kelola. Misalnya, dengan mengadakan kegiatan-kegiatan akademik seperti seminar, workshop, atau konferensi. Tujuannya adalah untuk meningkatkan reputasi program studi dan menarik minat mahasiswa baru. Kisah seorang tenaga kependidikan adalah cerminan dari kompleksitas sebuah sistem pendidikan.
Seiring berjalannya waktu, tantangan yang dihadapi oleh tenaga kependidikan semakin kompleks. Digitalisasi yang masif membawa perubahan besar dalam dunia pendidikan. Sistem pembelajaran daring menjadi hal yang lumrah, namun juga menghadirkan tantangan baru seperti kesenjangan akses teknologi, keamanan data, dan efektivitas pembelajaran jarak jauh. Tenaga kependidikan dituntut untuk terus belajar dan beradaptasi dengan teknologi baru. Mereka harus menguasai berbagai platform pembelajaran online, sistem manajemen pembelajaran, dan berbagai aplikasi pendukung lainnya. Selain itu, mereka juga harus mampu memberikan dukungan teknis kepada mahasiswa dan dosen yang mengalami kesulitan dalam menggunakan teknologi tersebut. Di sisi lain, pandemi COVID-19 telah mempercepat transformasi digital dalam pendidikan tinggi. Banyak perguruan tinggi yang terpaksa melakukan pembelajaran daring secara penuh. Hal ini tentu saja memberikan tekanan yang sangat besar bagi tenaga kependidikan. Mereka harus bekerja lebih keras untuk memastikan kualitas pembelajaran tetap terjaga meskipun dilakukan secara online. Di balik setiap keberhasilan mahasiswa, terdapat kerja keras dan pengorbanan dari banyak pihak, termasuk para tenaga kependidikan. Mereka bukan hanya sekadar pengelola administrasi, tetapi juga pilar yang menyangga keberlangsungan proses belajar-mengajar. Setiap mahasiswa yang berhasil meraih cita-citanya adalah buah dari dedikasinya. Mari kita merenungkan, seberapa besar kontribusi mereka dalam membentuk generasi penerus bangsa yang cerdas, berkarakter, dan siap menghadapi tantangan zaman.
Komentar
Posting Komentar